Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Menyesali Kelangkaan Porapora

Oleh Rico Mardianto Siska Nainggolan tak pernah menyangka, ikan porapora yang dulu pernah menjadi sumber mata pencarian utama keluarganya kini nyaris punah. Tak ada lagi hasil tangkapan porapora yang mencapai 50 kilogram lebih dalam sehari, tak ada lagi penghasilan mencapai dua juta lima ratus ribu rupiah per minggu. “Entah kemana lagi cari ikan porapora, enggak tahu,” ucapnya putus harapan. Istilah klasik 'penyesalan selalu datang terlambat' terjadi juga pada warga Ajibata, Toba Samosir, Sumatra Utara. Ajibata Berjarak 60 kilometer dari Agibata, ibu kota Toba Samosir. Mayoritas penduduk Ajibata bekerja sebagai nelayan. Siska adalah satu dari ratusan warga Ajibata yang kini menyesali kelangkaan porapora. Penyesalan yang datang dari sikap naif warga--menangkap ikan membabi buta terus menerus--diperparah dengan cara penangkapan dengan doton, pukat harimau dan net halus mempercepat laju kepunahan porapora.  “Ya menyesallah,” ketus ibu delapan anak ini. Donna Nainggolan ber